SELAMAT DATANG

Monday 25 May 2015

sistem informasi manajemen

BAB I

Sistem informasi manajemen (SIM) bukan sistem informasi keseluruhan, karena tidak semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem komputer.

Pengembangan SIM canggih berbasis komputer memerlukan sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Banyak organisasi yang gagal membangun SIM karena :
1.    Kurang organisasi yang wajar
2.    Kurangnya perencanaan yang memadai
3.    Kurang personil yang handal
4.    Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
SIM yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.

Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.

Secara teoritis komputer bukan prasyarat mutlak bagi sebuah SIM, namun dalam praktek SIM yang baik tidak akan ada tanpa bantuan kemampuan pemrosesan komputer. Prinsip utama perancangan SIM : SIM harus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas utama.

Tujuan sistem informasi manajemen adalah  memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. SIM menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi model matematika.
A.DEFINISI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

Sistem informasi Manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain SIM adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

Perancangan, penerapan dan pengoperasian SIM adalah mahal dan sulit. Upaya ini dan biaya yang diperlukan harus ditimbang-timbang. Ada beberapa faktor yang membuat SIM menjadi semakin diperlukan, antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan lingkungan bisnis yang semakin rumit. Salah satu alasan dari kerumitan ini adalah semakin meningkatnya dengan muncunya peraturan dari pemerintah.

Lingkungan bisnis bukan hanya rumit tetapi juga dinamis. Oleh sebab itu manajer harus membuat keputusan dengan cepat terutama dengan munculnya masalah manajemen dengan munculnya pemecahan yang memadai.









 B.UNSUR-UNSUR SISTEM INFORMASI SEDERHANA

Semua sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama, yaitu menerima data sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya dengan melakukan penghitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran dan lain-lain, akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output).

DATA : fakta-fakta atau sesuatu yang dianggap (belum mempunyai arti)
INFORMASI : data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.
Perubahan data menjadi informasi dilakukan oleh pengolah informasi. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen komputer, non-komputer atau kombinasi keduanya.

 C.SISTEM INFORMASI UNTUK MANAJER

Informasi yang diberikan kepada manajer digunakan untuk mengendalikan operasi, strategi, perencanaan jangka panjang & pendek, pengendalian manajemen dan pemecahan masalah khusus.

Dalam sistem yang dikomputerisasikan, program secara terus-menerus memantau transaksi pemasukan yang diproses atau yang baru di proses guna pengindetifikasian dan secara otomatis melaporkan lingkungan perkecualian yang memperoleh perhatian manajemen.

Semakin tinggi lapisan manajemen akan semakin cenderung menggunakan informasi yang berasal dari luar untuk tujuan pengendalian manajemen. Perbandingan kinerja organisasi dengan statistika ringkasan dari pesaing atau industri rata-rata jelas sangat penting artinya.







D. SISTEM INFORMASI INTELIJEN

Sistem informasi intelijen secara otomatis bertugas mencari dan menganalisis informasi tentang lingkungan sosial, politik, hukum, peraturan perundangan dan ekonomi dari satu atau lebih negara disamping juga tentang kesehatan dan prospek masa depan industri dimana perusahaan bersangkutan merupakan bagian didalamnya serta juga tentang pesaingnya.
Sistem informasi intelijen akan memberikan informasi perencanaan yang para manajer tidak menerima dari sumber lain.
Sumber informasi intelijen :
1.    Lembaga pemerintah.
2.    Asosiasi perdagangan industri
3.    Perusahaan riset pasar swasta
4.    Media massa
5.    Kajian khusus yang dilakukan organisasi

Informasi yang diperoleh akan digunakan untuk memahami strategi pesaing, pergeseran halus dalam selera konsumen.
Unsur pokok dalam informasi intelijen :
1.    Profil keperluan informasi dari manajer
2.    Sistem penggalian informasi manajemen
3.    Sistem pengkodean dan penyimpanan.
4.    Sistem analisis data
5.    Kajian khusus
6.    Sistem pelaporan
7.    Pedoman penghapusan data.

Sistem intelijen dapat memberikan banyak keuntungan bagi suatu perusahaan atau lembaga. Sekarang ini tidak hanya perusahaan besar yang memiliki sistem intelijen banyak perusahaan kecil yang juga mempunyai.




E.INTEGRASI SISTEM INFORMASI

Integrasi : adanya saling keterkaitan antar sub sistem sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain.

Pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu konsep kunci dari SIM. Berbagai sistem dapat saling berhubungan satu sama lain dengan berbagai cara yang sesuai keperluannya.

Integrasi sistem informasi dapat bersifat hirarkis yaitu pada tingkat transaksi akan memberikan masukan data kepada sistem tingkat manajerial atau sering pula dalam arah sebaliknya. Interaksi hirarkis adalah paling banyak diidentifikasikan dan diitegrasikan karena manajer mengetahui bahwa informasi harus diringkaskan menurut jalur hirarki disamping sistem yang bersangkutan ada di bawah satu garis komando dan karena manajer dalam bidang fungsional akan lebih banyak mengetahui data apa yang ada dalam sistemnya.
Keuntungan dari integrasi :
1.    Membaiknya arus informasi di dalam sebuah organisasi.
2.    Mendorong manajer untuk membagikan informasi yang dihasilkan oleh departemennya agar secara rutin mengalir ke sistem yang lain yang memerlukan.





F.EVOLUSI SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

A. Fokus awal pada data
Selama paruh pertama abad 20, perusahaan pada umumnya mengabaikan kebutuha n informasi para manajer. Pada fase ini penggunaan komputer hanya terbatas pada aplikasi akuntansi.
 Nama aplikasi akuntasnsi berbasis komputer pada awalnya adalah pengolahan data elektronik (EDP) kemudian berubah menjadi Data prosesing (DP) dan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) .

B. Fokus baru pada informasi
Tahun 1964 diperkenalkan satu generasi baru alat penghitung yang mempengaruhi cara penggunaan komputer. Konsep penggunaan komputer sebagai SIM dipromosikan oleh pembuat komputer untuk mendukung peralatan baru tsb. Konsep SIM menyadari bahwa aplikasi komputer harus diterapkan untuk tujuan utama menghasilkan informasi manajemen. Konsep ini segera diterima oleh perusahaan besar.

C. Fokus revisi pada pendukung keputusan.
Sistem pendukung keputusan (Decision support system)
= sistem penghasil informasi yang ditujukan pada suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer dan keputusan yang harus dibuat manajer.
Manajer tsb. Berada di bagian manapun dalam organisasi pada tingkat manapun dan dalam area bisnis apapun. DSS dimaksudkan untuk mendukung kerja satu manajer secara khusus.
Spesifikasi DSS :
1.    Berfokus pada proses keputusan daripada proses transaksi
2.    Dirancang dengan mudah, sederhana, dapat diterapkan dengan cepat dan mudah diubah.
3.    Dirancang dan dioperasikan oleh manajer
4.    Mampu memberikan informasi yang berguna bagi analisis kegiatan manajerial.
5.    Berkaitan dengan hanya bagian kecil dari masalah besar
6.    Memiliki logika yang serupa dengan cara manajer menganilis situasi yang sama.
7.    Memiliki basis data berisi informasi yang disarikan dari file dan informasi lain organisasi yang berasal dari lingkungan eksternal.
8.    Memungkinkan manajer untuk menguji hasil yang mungkin dari serangkaian alternatif.

D. Fokus pada Komunikasi
Pada waktu DSS berkembang , perhatian juga difokuskan pada otomatisasi kantor (office automation/OA) OA memudahkan komunikasi dan meningkatkan produktivitas diantara para manajer dan pekerja kantor melalui penggunaan alat elektronik.
OA telah berkembang meliputi beragam aplikasi seperti konferensi jarak jauh, voice mail, e-mail, electronik calendaring, facsimile transmission.


E. Fokus potensial pada konsultasi
Komputer dapat diprogram untuk melaksanakan sebagian penalaran logis yang sama seperti manusia, suatu aplikasi yang dinamakan kecerdasan buatan (artificial intelligence).



G.KEMAMPUAN SEBUAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Pengetahuan tentang potensi kemampuan sistem informasi yang dikomputerisasi akan memungkinkan seorang manajer secara sistematis menganalisis masing-masing tugas organisasi dan menyesuaikannya dengan kemampuan komputer.

SIM secara khusus memiliki beberapa kemampuan teknis sesuai yang direncanakan baginya. Secara kolektif kemampuan ini menyangkal pernyataan bahwa komputer hanyalah mesin penjumlah atau kalkulator yang berkapasitas tinggi, sebenarnya komputer tidak dapat mengerjakan sesuatu ia hanya mengerjakan lebih cepat. Sistem informasi komputer dapat memiliki sejumlah kemampuan jauh diatas sistem non komputer. Dan kemampuan ini telah merevolusikan proses manajemen yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem yang telah ada. Beberapa kemampuan teknis terpenting dalam sistem komputer :
1.    Pemrosesan data batch
2.    Pemrosesan data tunggal
3.    Pemrosesan on-line, real time
4.    Komunikasi data dan switching pesan
5.    Pemasukan data jarak jauh dan up date file
6.    Pencarian records dan analisis
7.    Pencarian file
8.    Algoritme dan model keputusan
9.    Otomatisasi kantor.






H.KEMAMPUAN PELAPORAN

Semua sistem informasi memiliki kemampuan pelaporan dan laporan harus dirancang agar sesuai dengan bentuk tertentu.
Prinsip pelaporan :
1.    Laporan harus menonjolkan informasi terpenting
2.    Harus seringkas mungkin
3.    Harus disediakan dukungan
4.    Sistem pelaporan manajemen biasanya dalam transisi
5.    Setiap laporan harus berformat keputusan
6.    Terstruktur untuk melaporkan suatu kinerja
Jenis-jenis laporan :
     1.   Laporan periodik
           Laporan yang secara rutin dikerjakan
     2.   Laporan indikator kunci
            Merupakan variasi laporan periodik, laporan ini secara khusus memberikan beberapa statistik kritis kegiatan operasi harian kepada manajer.
3.    Laporan siap panggil
Jenis laporan yang ditetapkan oleh manajer agar tersedia sebelum berakhirnya satu periode, mungkin karena masalah operasi yang tidak diharapkan atau adanya ancaman.
4.    Laporan khusus
Laporan ini sering disebut juga laporan ad-hoc adalah jenis laporan lain dari jenois laporan tidak terjadwal yang dapat diminta oleh manajer.
5.    Laporan perkecualian
Yaitu laporan yang berisi hanya informasi yang dibutuhkan oleh manajer.








I.INTERFACE ANTARA MANAJER DAN MESIN.
= titik kontak dimana sistem komputer memberikan informasi kepada manajer atau dimana manajer memberikan data kepada sistem komputer.
Bentuk komunikasi antara manajer dan komputer :
1.    Pengembangan program komputer
2.    Dialog atau menyelami file
3.    Mengakses data
4.    Memasukkan input.
RINGKASAN
1.    Seiring dengan perkembangan lingkungan bisnis yang rumit dan lingkungan yang dinamis tuntutan terhadap keberadaan Sistem informasi manajemen adalah menjadi kebutuhan.
2.    Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi secara rasional dan yang mentransformasikan data menjadi informasi dengan berbagai cara sehingga dapat meningkatkan produktifitas selain juga harus disesuaikan dengan gaya dan watak para manajernya.
3.    Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab gagalnya membangun SIM, antara lain :
•        Kurang organisasi yang wajar
•        Kurangnya perencanaan yang memadai
•        Kurang personil yang handal
•        Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
4.    Kemampuan teknis sistem komputer :
•    Pemrosesan data batch
•    Pemrosesan data tunggal
•    Pemrosesan on-line, real time
•    Komunikasi data dan switching pesan
•    Pemasukan data jarak jauh dan up date file
•    Pencarian records dan analisis
•    Pencarian file
•    Algoritme dan model keputusan
•    Otomatisasi kantor.

Apa Peran Profesi Akuntansi di Akuntabilitas Ekonomi , Sosial , dan Isu Lingkungan ?

Apa Peran Profesi Akuntansi di Akuntabilitas Ekonomi , Sosial , dan Isu Lingkungan ?


 Abstract
Makalah ini menyelidiki peran profesi akuntansi di akuntabilitas masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Mengkaji perspektif profesi pada keberlanjutan, lebih dikenal di bidang akuntansi sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Makalah ini juga menjajaki pendekatan profesi akuntansi hijau. Praktik akuntansi empat perusahaan akuntansi internasional yang besar 'saat ini diteliti untuk menentukan 1) manfaat tanggung jawab sosial perusahaan melaporkan, 2) bagaimana isu-isu sosial dan lingkungan diukur, dan 3) apakah masalah ini dianggap suara dan langkah-langkah praktis biaya bisnis. Sebuah waktu menggambarkan kemajuan yang dibuat dalam bidang akuntansi terhadap akuntabilitas penuh. Amerika Serikat yang berlaku umum Akuntansi Prinsip (US GAAP), Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), United Nations Environment Programme (UNEP), Global Reporting Initiative (GRI) kerangka pelaporan keberlanjutan yang komprehensif, dan (IIRC) pedoman Komite Pelaporan Terpadu Internasional juga dikaji untuk menentukan status akuntansi hijau global.

 1. Introduction
Sebagai Gambar 1 menggambarkan , dalam lima puluh tahun terakhir , pelaporan informasi akuntansi telah berkembang dari sebuah laporan pandang ketat keuangan aset yang dimiliki , kewajiban utang , pendapatan yang diperoleh , biaya yang dikeluarkan , dan arus kas untuk model yang membahas isu-isu internal dan eksternal pemerintahan , remunerasi eksekutif , isu lingkungan , dan keberlanjutan dalam tanggung jawab sosial perusahaan melaporkan . Diantisipasi masa depan Pelaporan Terpadu Model saat ini sedang dalam pembangunan yang menggabungkan berbagai komponen pelaporan keuangan dalam satu laporan yang koheren yang dapat mencakup pengukuran kuantitatif dan praktek pelaporan untuk biaya sosial dan lingkungan yang dapat menyebabkan harmonisasi persyaratan pelaporan nasional , regional dan global ( IIRC 2011 ) .

Penelitian ini membahas pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1 ) Berapa biaya sosial dan lingkungan yang mempengaruhi bottom line perusahaan ? 2 ) Bagaimana biaya ini dibahas dalam standar pelaporan keuangan ? 3 ) Bagaimana biaya ini diukur dan dinilai dalam laporan perusahaan ? 4 ) Apa peran profesi akuntansi di akuntabilitas ?
2. Masalah yang Mempengaruhi Bottom Line suatu Perusahaan
Pada tahun 1982 , Bisnis Inggris di organisasi Masyarakat ( BITC ) , salah satu dari Pangeran Charles dari Wales organisasi amal , didirikan indeks CSR yang terdiri 1 ) Strategi Perusahaan untuk mengidentifikasi dan menangani risiko dan peluang , 2 ) Integrasi tanggung jawab perusahaan di seluruh perusahaan , 3 ) Manajemen risiko dan peluang di bidang komunitas , lingkungan , pasar dan tempat kerja , dan 4 ) Pelaporan kinerja di daerah-daerah ( BITC , 2002; Duff & Guo , 2010) .
Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan yang dikenal sebagai Komisi Brundtland memperkenalkan konsep keberlanjutan pada tahun 1987 yang telah mengubah sikap dunia terhadap isu-isu sosial , lingkungan , dan ekonomi . Laporan Brundtland didefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai " pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri " ( UNECE , 2004-2005) .
Profesi akuntansi mulai mengenali kebutuhan untuk memperhitungkan masalah sosial dan lingkungan pada tahun 1980 ketika perusahaan mulai termasuk isu-isu lingkungan dalam laporan tahunan mereka . Pada tahun 2006 , lebih dari 200 perusahaan yang mengeluarkan Social Responsibility ( CSR ) laporan Perusahaan . Untuk sementara , berbagai jenis laporan yang diterbitkan dengan judul dengan beberapa ketentuan sebagai berikut : lingkungan, sosial , perubahan iklim , karbon , triple bottom line , dan keberlanjutan untuk memperhitungkan isu-isu sosial dan lingkungan ( Cecil , 2010) . Terminologi dalam bidang ini muncul telah membingungkan sebagai IIRC ( 2011) komentar " pelaporan keberlanjutan juga dikenal sebagai tiga pelaporan Intinya , lingkungan , ( ESG ) pelaporan sosial dan tata kelola , tanggung jawab perusahaan pelaporan dan tanggung jawab sosial perusahaan melaporkan " ( hal. 29 ) .
Pada pertengahan 1990-an , keberlanjutan diperkenalkan sebagai keprihatinan yang layak ketika mengukur kinerja perusahaan Amerika ( Elkington , 1994) . Triple bottom line ( TBL ) diperkenalkan oleh Elkington terdiri dari tiga unsur kinerja : keuangan , sosial , dan lingkungan ; elemen yang ia diidentifikasi sebagai keuntungan , orang , dan planet - tiga Ps pelaporan perusahaan ( The Economist , 2009; Slaper & Hall , 2011) . The TBL tidak hanya mengukur keuntungan dan kerugian Intinya tradisional perusahaan , itu juga melaporkan modal manusia , jejak ekonomi , dan dampak dari tindakannya pada tenaga kerja , masyarakat , dan planet ( Savitz , 2006; Norman & MacDonald , 2004) .
The Big Four Accounting Firms1 telah mengembangkan kerangka kerja CSR yang mencakup masyarakat , lingkungan , pasar , dan isu-isu tempat kerja bagi perusahaan yang diinginkan untuk memberikan laporan yang lebih komprehensif kepada para pemangku kepentingan mereka ( Deloitte , 2011; E & Y , 2011; KPM G , 2011; dan PwC 2011 ) . Sukarela menghasilkan laporan CSR manfaat sebuah perusahaan di sejumlah cara termasuk 1 ) Meningkatkan dan / atau mempertahankan reputasinya , 2) perlu dilihat sebagai sah oleh para pemangku kepentingan , 3 ) Untuk merekrut staf terbaik , 4 ) Untuk membuat konsisten kerangka di jaringan global , dan 5 ) Untuk mengurangi biaya operasi ( Duff & Guo , 2010) .
Sebuah KPMG International ( 2011b ) survei terbaru dari 378 eksekutif senior di seluruh dunia mengungkapkan bahwa " 62 persen dari perusahaan yang disurvei " memiliki strategi untuk keberlanjutan perusahaan, dan lebih dari sepertiga ( 36 persen ) telah mengeluarkan setidaknya satu laporan publik tentang keberlanjutan dengan 19 lain perencanaan persen untuk melakukannya segera " ( hal. 1 )
Pada tahun 2012 , Main & Hespenheide mengamati bahwa KPMG mengidentifikasi sepuluh keberlanjutan " megaforces " global yang percaya mendorong pelaporan tanggung jawab perusahaan dan secara signifikan akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan secara global selama dua dekade berikutnya . 10 megaforces keberlanjutan global meliputi :
• Perubahan Iklim
• Energi & Bahan Bakar
• Kelangkaan Bahan Sumber Daya
• Kelangkaan Air
• Pertumbuhan Penduduk
• Kekayaan
• Urbanisasi
• Keamanan Pangan
• Penurunan Ekosistem
• Deforestasi
3. Akuntansi dan Pelaporan Keberlanjutan Standar
Sampai saat ini , beberapa standar ada untuk melaporkan isu-isu keberlanjutan . Namun, pada Januari 2005, Auditing Internasional dan Jaminan Standards Board ( IAASB ) disetujui standar internasional untuk Corporate Sustainability Reporting . Selain itu , Standar Internasional untuk Jaminan Pertunangan ( ISAE ) 3000 digunakan oleh perusahaan akuntansi yang melakukan perikatan jaminan tanggung jawab perusahaan jika ada ada alternatif nasional ( Ballou et . Al . , 2006) . Pada November 2003, Pernyataan Posisi ( SOP ) 03-2 , Membuktikan Pertunangan pada Emisi Gas Rumah Kaca Informasi , dikembangkan oleh Satuan Tugas Gabungan dari American Institute Akuntan Publik ( AICPA ) dan Kanada Institute of Chartered Accountants ( CICA ) di Sustainability Reporting untuk memberikan bimbingan untuk aplikasi jaminan AT101 standar untuk informasi gas rumah kaca ( AICPA , 2011) .
Global Reporting Initiative ( GRI ) , kerangka pelaporan keberlanjutan komprehensif yang berfungsi sebagai panduan untuk setiap organisasi melaporkan , lingkungan , dan kinerja sosial ekonomi , didirikan pada tahun 1997. The Sustainability Reporting Guidelines menyediakan prinsip-prinsip pelaporan , pelaporan bimbingan, dan standar pengungkapan ( termasuk indikator kinerja ) ( 2011) . Pedoman Sustainability Reporting memberikan prinsip-prinsip pelaporan dan bimbingan dan pengungkapan standar ( termasuk indikator kinerja ) ( 2011) . Semua inisiatif ini berkontribusi pelaporan yang komprehensif dan pemahaman para pemangku kepentingan dari masalah keuangan , sosial dan lingkungan , tetapi mereka tidak memberikan pedoman untuk mengukur biaya sosial dan lingkungan .

Sebuah tinjauan dari Standar Pelaporan Keuangan Internasional ( IFRS ) mengungkapkan bahwa , sampai saat ini , standar lingkungan , sosial dan ekonomi internasional yang diterima secara umum tidak ada telah dikembangkan atau disetujui untuk digunakan dalam pelaporan keuangan . Demikian pula, ada saat ini tidak ada persyaratan atau standar akuntansi yang berlaku umum ( GAAP ) untuk keberlanjutan di Amerika Serikat yang menyediakan kerangka kerja untuk pembuatan laporan keberlanjutan perusahaan .
Saat ini, US GAAP dan IFRS mengharuskan perusahaan untuk menjelaskan beberapa masalah lingkungan seperti Asset Pensiun dan Lingkungan dan Kewajiban Kontinjensi , tetapi standar ini tidak sepenuhnya mencakup isu-isu keberlanjutan saat ini menjadi perhatian saat ini . US GAAP memberikan model tertentu untuk memperhitungkan kewajiban dan kewajiban dalam Standar Akuntansi Kodifikasi ( ASC ) Topik 410 , Aset Pensiun dan Kewajiban Lingkungan , Topik 420 , Keluar atau Pembuangan Biaya Kewajiban , dan Topik 450 , Kontinjensi .
4. Mengukur dan Pelaporan Sosial dan Biaya Lingkungan
Dalam ASC Topik 410 , Aset Pensiun dan Lingkungan Obligations2 , ketika sebuah perusahaan menentukan bahwa kewajiban pensiun aset ada, perkiraan yang wajar dari nilai wajar dibuat , dan kemungkinan arus keluar sumber daya ekonomi ( termasuk ketidakpastian waktu dan metode penyelesaian ) adalah faktor dalam pengukuran untuk US GAAP . Probabilitas keluar adalah faktor dalam pengakuan untuk IFRS dalam Standar Akuntansi Internasional ( IAS ) 37 , Provisi, Liabilitas Kontinjensi , dan Aset Kontinjensi , dan Komite Internasional Financial Reporting Interpretations ( IFRIC ) 1 , Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi , Restorasi dan Liabilitas Serupa ( SEC , 2011) . " A dekomisioning ( aset pensiun ) kewajiban diakui berdasarkan IFRS ketika ( 1 ) ada kewajiban hadir sebagai akibat dari peristiwa masa lalu , ( 2 ) arus keluar sumber daya ekonomi kemungkinan , dan ( 3 ) estimasi handal dari jumlah kewajiban dapat dibuat " ( hal. 27 ) .
Pada website-nya , United Nations Environment Programme ( UNEP ) mendorong negara-negara untuk secara akurat menilai dan memperhitungkan sumber daya alam dan lingkungan dalam upaya untuk menetapkan kebijakan ekonomi , perdagangan dan keberlanjutan sesuai.
Organisasi mempertahankan , " sistem yang ada rekening nasional umumnya tidak memperhitungkan dampak kegiatan ekonomi dan perdagangan di potensi sumber daya " ( 2011) . Saat ini , neraca nasional mempertimbangkan modal fisik menjadi aset yang terdepresiasi dari waktu ke waktu . Menipisnya modal alam tidak dianggap kewajiban ; diperlakukan sebagai pendapatan . Ini account nasional juga tidak mengakui distribusi pendapatan dan faktor-faktor sosial pengurangan kemiskinan . Divisi UNEP Teknologi , Industri , dan Ekonomi situs ( UNEP - DTIE ) menegaskan , " Untuk memberikan para pembuat kebijakan dengan informasi yang lebih akurat tentang kemajuan menuju pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan , upaya yang diperlukan untuk mengintegrasikan lingkungan ke rekening nasional " ( 2012) .
Pendekatan terbaru untuk melaporkan biaya keuangan , sosial , dan lingkungan adalah Model Pelaporan Terpadu dikembangkan oleh sekelompok pemimpin dunia dari perusahaan , investasi , akuntansi, sekuritas , peraturan , akademik , masyarakat sipil , dan sektor penetapan standar ( IIRC , 2011) . Model ini mengusulkan menggabungkan dan mengkonsolidasikan informasi akuntansi dalam satu laporan kohesif yang menyumbang kemampuan organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai bukan hanya menambahkan lebih banyak data untuk proses pelaporan sudah luas ( KPMG , 2011a ) .
Terpadu Pelaporan Model dapat mengarah kepada metode yang lebih baik yang akan " memungkinkan daerah-daerah dari dampak bisnis dan saling ketergantungan yang saat ini diperlakukan sebagai eksternalitas menjadi terukur lebih baik dan terintegrasi ke dalam keputusan dan pelaporan - apakah sebagai risiko dan peluang atau sebagai bagian dari laporan kinerja " ( hal.14 ) .


5. peran Profesi Akuntansi di Akuntabilitas
Sejumlah organisasi akuntansi dan non-akuntansi profesional telah datang bersama-sama untuk memastikan bahwa perusahaan meningkatkan, sosial, dan kinerja lingkungan keuangan mereka. Peran akuntansi profesi dalam memberikan informasi akuntansi yang komprehensif berkembang. Hal ini telah membuat langkah dari pelaporan lingkungan pada awal 1980-an untuk keterlibatan aktif dalam mengembangkan masa depan Terpadu Pelaporan Model. Pada 2013, perusahaan akuntansi Big Four akan menjadi bagian dari Konsorsium 10 anggota yang mencakup GE, Goldman Sachs, Shell, dan perusahaan besar lainnya yang akan memberikan dukungan dan nasihat dalam revisi G4 dari kerangka pelaporan GRI (2012). Selain itu, AICPA (2011) telah bergabung dengan Asosiasi global Chartered Akuntan (ACCA), perusahaan akuntansi empat besar, dan entitas akuntansi utama lainnya di seluruh dunia untuk mendukung Akuntansi Forum Keberlanjutan (A4S) menyerukan pengembangan diterima secara universal Model pelaporan terpadu (ACCA, 2011).
5.1 Keberlanjutan Akuntansi
The International Federation of Accountants ( IFAC ) mengembangkan Kerangka Keberlanjutan untuk memberikan bimbingan untuk akuntan profesional " bekerja dalam perdagangan , industri , jasa keuangan , pendidikan , dan masyarakat dan tidak - untuk-keuntungan sektor " (2011 , P. 6 ) . Kerangka Keberlanjutan menekankan pentingnya peran akuntan ' sebagai agen perubahan dengan mempengaruhi perusahaan untuk mengintegrasikan keberlanjutan dalam setiap aspek dari organisasi " misi mereka , tujuan dan sasaran , strategi , manajemen dan operasi , definisi sukses , dan komunikasi pemangku kepentingan " (2011 , p . 6 ) .
The IFAC ( 2011) mengakui bahwa menciptakan organisasi yang berkelanjutan adalah multi -fungsi usaha ; Namun , peran fungsi keuangan adalah penting dalam memberikan kepemimpinan dalam akuntansi keberlanjutan . Peran akuntan dalam fungsi keuangan dapat mempengaruhi perilaku perusahaan dan hasil dengan menyediakan wawasan dan analisis untuk pengambilan keputusan manajemen dalam mengelola risiko dan mengukur kinerja ( E & Y , 2011a ) . Capozucca & Sarni ( 2012) mencatat bahwa paling efektif memenuhi pengembalian investasi ( ROI ) , perusahaan harus mengukur hasil indikator kinerja utama terhadap target yang telah ditentukan dan menetapkan tujuan yang berarti untuk perbaikan . Akuntansi profesional dapat memiliki efek pada keputusan organisasi ' untuk memasukkan " pertimbangan keberlanjutan ke dalam strategi dan rencana , kasus bisnis , keputusan belanja modal , dan manajemen kinerja dan sistem biaya " ( IFAC 2011 , hal . 9 ) .
Brendan Leblanc3 mengutip temuan kunci dalam survei miliar dolar ditambah organisasi yang berkaitan dengan akuntansi keberlanjutan . Survei mengungkapkan bahwa telah terjadi peningkatan pelaporan keberlanjutan , tetapi alat-alat yang masih dalam pengembangan . Dia mencatat bahwa alat yang digunakan untuk menghasilkan laporan keberlanjutan yang primitif jika dibandingkan dengan lebih sangat canggih laporan digunakan untuk langkah-langkah keuangan ( Coughlin , 2012) .
Informasi Keberlanjutan dapat memiliki pengaruh luas pada triple bottom line perusahaan. Ini tidak hanya mempengaruhi tata kelola internal dan keputusan operasional, dan kegiatan pemegang saham dan penjual eksternal; lembaga pemeringkat kredit sekarang mempertimbangkan praktek keberlanjutan dalam proses penilaian. Misalnya, Indeks Dow Jones Sustainability (DJSI) melaporkan kinerja sosial, etika dan lingkungan perusahaan '(Ernst & Young, 2011b). PwC (2011) ditemukan dalam sebuah studi 2011 dari 120 penawaran umum perdana (IPO) pendaftaran pernyataan (SEC S-1) yang pengungkapan keberlanjutan telah menemukan cara mereka ke lebih dari 84% dari IPO. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa IPO terdapat pengungkapan pada kedua isu regulasi (32%) dan nonregulatory (68%) hal. PwC (2012) juga melaporkan bahwa survei lain menemukan hubungan positif antara lingkungan, tata kelola, dan masalah sosial dan kinerja keuangan. Laporan ini juga menunjukkan bahwa "para pemimpin keberlanjutan memiliki kinerja yang lebih baik saham, volatilitas yang lebih rendah, serta meningkatkan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).
Apakah memasukkan isu keberlanjutan dalam proses pengambilan keputusan pergi cukup jauh , atau harus masalah ini juga harus diukur ? Menurut 2012 Ernst & Young survei dari GreenBiz Intelijen Panel4 , " CFO yang terlibat dalam manajemen , pengukuran , dan pelaporan kegiatan keberlanjutan perusahaan ' " ( hal. 12 ) .
5.2 Hijau Akuntansi
Sisi lain dari gerakan akuntabilitas yang harus dibenahi adalah akuntansi hijau, yang pada awalnya tampaknya hanya istilah lain untuk akuntansi keberlanjutan . Namun, tinjauan literatur mengisyaratkan lebih dari sekedar perbedaan halus antara mereka . Akuntansi keberlanjutan mengintegrasikan pelaporan keuangan ( laba ) dan informasi non - keuangan ( sosial dan lingkungan ) menjadi satu model pelaporan yang komprehensif ( Ballou , et . Al . , 2006) . Namun, para pendukung panggilan akuntansi hijau untuk mengembangkan model untuk mengukur pengeluaran sosial dan lingkungan serta biaya keuangan ( Cairns , 2000; Komisi Eropa , 2011; Vincent , 2000) .
Sebuah penelitian di Indonesia oleh World Resources Institute ( Repetto , et . Al . , 1989) , meneliti " perbedaan potensial antara langkah-langkah kotor dan bersih dari pendapatan nasional " ( Vincent , 2000, hal . 13 ) . Studi ini membawa kesadaran global dari kebutuhan untuk menjelaskan penurunan modal alam dan dampaknya terhadap kekayaan negara . Meski telah sedikit jelas sampai saat ini fokus pada isu-isu sosial dan ekonomi dalam gerakan keberlanjutan , teori akuntansi hijau muncul pada 1970-an , menurut Vincent , dengan pelopor di lapangan , Martin Weitzman , John Hartwick , Partha Dasgupta , dan Geoffrey menyembuhkan , memimpin jalan .
Cairns (2000 ) menunjukkan bahwa ada perbedaan mendasar antara akuntansi hijau dan akuntansi keberlanjutan . Cairns menjelaskan akuntansi hijau sebagai aplikasi prosedur yang mengukur keberlanjutan jalur konsumsi aktual , sedangkan akuntansi keberlanjutan menghitung " harga yang penerapannya akan menyebabkan konsumsi untuk mencocokkan pendapatan berkelanjutan " ( 2000) . Komisi Eropa ( 2011) menyatakan bahwa laporan keuangan hijau yang ideal akan terdiri " semua biaya internal dan eksternal termasuk masalah kesehatan bagi pekerja , emisi dan polusi udara , tanah atau air , degradasi lingkungan alam , dan penipisan sumber daya yang terbatas " ( p . 1 ) . Vincent (2000 ) menegaskan , " Kami mencari melalui akuntansi hijau untuk menjawab pertanyaan - Apakah negara akan serta - off di masa depan seperti pada saat " (hal 14 ). .
Akuntansi hijau akan mewajibkan perusahaan untuk terus mengidentifikasi dan finansial mengukur biaya langsung dan tidak langsung tradisional internal ( bahan , tenaga kerja , dan overhead ) yang mempengaruhi bottom line laporan keuangan . Biaya ini dapat dengan mudah diukur dan dihitung ; Namun , biaya sosial dan lingkungan akan membutuhkan pengembangan " tindakan berbasis konsumsi kesejahteraan saat ini dan masa depan " layak ( Vincent , 2000) . Sebuah artikel terbaru di jurnal New Akuntan melaporkan bahwa akuntansi lingkungan merupakan salah satu dari 5 kesempatan kerja CPA . " Seorang akuntan di bidang ini dapat disewa untuk bekerja pada kepatuhan lingkungan atau mungkin diminta untuk mengatur sistem untuk memastikan kepatuhan dan menghindari sengketa atau klaim yang di masa depan " (2012 , hal . 7 ) .

6. Kesimpulan
Komisi Eropa ( 2011) menjelaskan esensi akuntansi hijau di www.greenbiz.com , situs jurnal online .
Menggunakan kerangka akuntansi hijau berarti bahwa keputusan investasi yang dibuat dengan membandingkan biaya pribadi dan sosial secara keseluruhan terhadap manfaat pribadi dan sosial . Menggunakan penilaian siklus hidup berarti bahwa organisasi dapat membuat keputusan berdasarkan perhitungan dampak lingkungan pada setiap tahap kehidupan suatu produk , dari bahan baku , melalui produksi , distribusi , dan pembuangan akhir atau daur ulang (2011 , p . 2 ) .
Pencarian ini literatur mengarah ke pertanyaan lebih dalam gerakan keberlanjutan cepat berubah ini . Apakah mungkin bahwa akuntabilitas penuh tidak akan tercapai dalam gerakan ini sampai ukuran kuantitatif diciptakan bahwa organisasi izin untuk menetapkan biaya yang relevan dengan komponen sosial dan lingkungan dari Kerangka Keberlanjutan dan Pelaporan Model Terpadu ?
Sebuah tinjauan dari situs perusahaan akuntansi empat besar ' , AICPA , yang IFAC , CICA , dan situs akuntansi lainnya , jelas menunjukkan bahwa profesi akuntansi telah mengambil peran aktif dalam menangani isu-isu keberlanjutan ini , dan , mungkin , itu akan diharapkan untuk memimpin dalam pengembangan standar yang akan membentuk proses akuntansi hijau berkelanjutan layak . Akuntansi profesional siap untuk memberikan bimbingan penting untuk membantu organisasi mencapai akuntabilitas keuangan , sosial , dan lingkungan jangka panjang .


INTEGRASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

INTEGRASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
A.    Pemahaman tentang integrasi sistem
Integrasi merupakan pembauran sehingga menjadi kesatuan yang utuh sedangkan system merupakan perangkat atau unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ). Defenisi lain mengenai system adalah suatu susunan teratur atau konsepsi yang saling tergantung. Menurut kamus Webster’s Unabridged, sistem merupakan elemen elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi.
Kesimpulan mengenai defenisi integrasi sistem yaitu pembauran atau hubungan antara satu sistem dengan sistem yang lain yang saling berkaitan. Integrasi sistem informasi manajemen merupakan hubungan antara sistem manajemen perusahaan maupun hubungan antara sub sistem sistem informasi manajemen.
Tujuan utama dalam sistem informasi manajemen yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemegang kepentingan dalam hal ini manajer maupu manajemen lainnya. Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dalam sebuah perusahaan pekerjaan atau pembuatan informasi itu sangat rumit. Pembuatan tersebut meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yaitu pada setiap unit kerja dalam perusahaan tersebut. Disinilah perlunya sistem informasi sehingga kegiatan perusahaan dapat dianalisis sebagai satu sistem informasi, dan unit-unitnya dipandang sebagai sub sistem. Dalam istilah ini deikenal sebagai pendekatan sistem.
Unsur-unsur sistem informasi manajemen yang meliputi input, proses dan output. Secara sederhana dikatakan bahwa sebuah sistem informasi menerima dan memproses data, dan kemudian mengubahnya sebagai informasi.
B.    Integrasi antar sistem
Pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu konsep kunci dari sistem informasi manajemen. Berbagai sistem informasi dapat saling berhubungan satu sama lain dengan berbagai cara sesuai dengan keperluannya. Tiap organisasi membagi pekerjaanya ke dalam bentuk fungsi-fungsi organisasi, seperti fungsi pemasaran, produksi, keuangan, personalia,dan lainnya. Setiap fungsi (unit) tersebut memerlukan data dan informasi dari unit lain atau dari luar organisasi untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya serta menghasilkan data dan informasi baik untuk disimpan sendiri maupun untuk didistribusikan ke unit-unit lain dalam organisasinya atau organisasi lain.
Karena kerja sama tersebut, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebut dapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri. Unit-unit lain dalam organisasi tersebut juga memiliki sistem informasi masing-masing. Organisasi dapat dilihat sebagai satu sistem informasi, dengan demikian unit-unit kerja dalam organisasi bersangkutan akan menjadi subsistem-subsistem informasi, dan di dalam subsistem informasi akan terdapat subsistem informasi, demikian seterusnya sampai pada pekerjaan informasi dalam unit kerja yang terkecil.
C.    kegunaan integrasi dalam sistem informasi manajemen
Dalam perusahaan integrasi sistem informasi sangat diperlukan karena terdapat kegunaan yang dapat membantu manajemen seperti :
a.    Adanya kebutuhan untuk bekerja sama antar unit dalam perusahaan.
Dalam perusahaan yang terdiri dari berbagai unit tekadang antara satu unit dengan unit lainnya saling membutuhkan informasi baik mengenai harga transfer dan sebagainya.
b.    Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap bagian yang saling terkait, sehingga untuk melengkapi suatu informasi dibutuhkan pertukaran informasi dengan sistem yang lain.
Dalam hal ini sangat memepengaruhi kelengkapan daripada informasi.
c.    Dapat memungkinkan penyediaan realtime pengaksesan data.














KESIMPULAN
Berdasarkan kumpulan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa integrasi sistem manajemen adalah hal yang menghubungkan antara sub sistem dalam manajemen sehingga mampu memeberikan informasi informasi yang mereka butuhkan dan dapat memperlancar informasi  arus organisasi yang lengkap dari semua unit.
Dalam perusahaan integrasi sistem informasi sangat diperlukan karena terdapat kegunaan yang dapat membantu manajemen seperti :
d.    Adanya kebutuhan untuk bekerja sama antar unit dalam perusahaan.
e.    Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap bagian yang saling terkait,
f.    Dapat memungkinkan penyediaan realtime pengaksesan data.









DAFTAR PUSTAKA
Amsyah Zulkifli. Manajamen sistem informasi. Jakarta: Gramedia pustaka utam, 1977
Davis, B cordon. Kerangka dasar Sistem informasi Manajemen. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Nanimoshiranai.blogspot.in/2012/11/strategi-integrasi-informasi-manajemen.html?m=1
Fahmibaharun’s blog
https://emperordeva.workpress.com

Makalah pengujian audit manajemen

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mempersiapkan Kertas Kerja Dengan Standar GAO
    GAO didirikan dengan Budget and Accounting ACT of 1921 dengan kepanjangan General Accounting Office. Perubahan nama GAO menjadi Government Accountability Office dilakukan pada tahun 2004. GAO adalah bagian dari United States Congress yang bertugas untuk melakukan audit, evaluasi dan investigasi. GAO dipimpin oleh seorang Comptroller General of the United States, yang dilantik oleh Presiden untuk masa kerja selama 14 tahun. Masa kerja Comptroller General yang lama ini membuat kepempinan dan kebijakan dalam GAO dapat berjalan secara kontinyu. GAO memiliki kedudukan yang independen terhadap Congress. Pada mulanya GAO membantu Congress untuk melihat apakah setiap belanja pemerintah telah dilakukan secara benar. Akan tetapi seiring dengan kompleksitas pesoalan yang dihadapi maka GAO juga memperluas pemeriksaannya terhadap isu-isu yang kompleks.
    GAO tidak hanya melakukan audit laporan keuangan melainkan juga melakukan audit kinerja. Sekitar 70% dari aktivitas GAO adalah kegiatan evaluasi atas program/aktivitas pemerintah dan permintaan anggota Congress. Hal ini menunjukkan perhatian besar GAO tentang kinerja program/aktivitas pemerintah dibandingkan dengan audit tradisional yang hanya sekitar 20% dari pekerjaan GAO (OECD: Performance Audit and Modernisation Government, 1996). Kebijakan GAO mengenai prosedur pemeriksaan dalam audit laporan keuangan dan audit kinerja dinyatakan dalam Government Auditing Standards atau yang dikenal juga sebagai Yellow Book. Konsep pengendalian menurut GAO dpt dilakukan melalui 8 (delapan) sarana yg sering disebut sebagai pengendalian intern yaitu Pengorganisasian, Kebijakan, Prosedur, Personil, Perencanaan, Pencatatan, Pelaporan dan Review Intern. Kebijakan GAO mengenai prosedur pemeriksaan dalam audit laporan keuangan dan audit kinerja dinyatakan dalam Government Auditing Standards atau yang dikenal juga sebagai Yellow Book. Cakupan standar audit kinerja dalam Government Auditing Standards yang digunakan oleh GAO meliputi:
a. Standar Lapangan.
1)    Reasonable Assurance.
    Penilaian yang memadai harus dilakukan untuk memastikan bahwa bukti yang cukup dan tepat didapatkan untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Dalam beberapa situasi, bukti yang cukup dan tepat telah tersedia tetapi dalam situasi lain ada keterbatasan. Professional judgment (penilaian profesional) auditor digunakan dalam penentuan ruang lingkup dan metodologi audit yang diperlukan untuk menetapkan obyek audit, juga untuk menyediakan penilaian yang memadai guna memastikan bahwa bukti dikumpulkan telah cukup dan tepat dalam mendukung obyek audit.
2)    Significance in performance audit.
    Signifikan didefinisikan sebagai masalah-masalah yang relatif penting dalam sebuah konteks yang sedang dipertimbangkan, hal ini meliputi faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif. Konsep “signifikan” dalam standar audit kinerja ini sebanding dengan konsep “material” dalam konteks audit keuangan. Professional judgment auditor membantu dalam mengevaluasi signifikansi konteks persoalan dari obyek audit.
3)    Audit Risk.
    Risiko audit adalah kemungkinan temuan audit, kesimpulan, rekomendasi atau penilaian yang dilakukan tidak patut atau tidak lengkap. Hal ini terjadi karena bukti yang tidak tepat dan cukup, proses audit yang tidak cukup, atau kesengajaan penghilangan informasi atau informasi yang menyesatkan dalam penyajian yang salah ataupun kecurangan. Penilaian risiko audit melingkupi pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Risiko audit meliputi risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi adanya kesalahan, ikonsistensi, kelalaian yang signifikan, ataupun kecurangan dalam bukti yang mendukung audit. Risiko audit dapat dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan seperti memperluas ruang lingkup audit, menggunakan tenaga ahli, menambahkan reviewers dan sumber daya audit lainnya dalam tim audit, merubah metodologi untuk mendapatkan tambahan bukti, kualitas bukti yang lebih tinggi atau form alternatif dalam corroborating bukti, atau menyelaraskan temuan dan kesimpulan dengan bukti yang didapatkan.
4)    Planning
    Auditor harus melakukan perencanaan yang cukup dan mendokumentasikannya untuk menentukan sasaran audit. Sasaran audit adalah apa yang menjadi harapan untuk dipenuhi oleh audit.Auditor harus merencanakan audit untuk mengurangi risiko audit sampai pada tingkat tertentu sehingga auditor mendapatkan penilaian yang memadai bahwa bukti sudah cukup dan tepat dalam mendukung temuan auditor dan kesimpulan.
    Dalam perencanaan auditor juga harus menentukan ruang lingkup audit dan metodologi audit. Ruang lingkup adalah batasan audit dan berhubungan langsung dengan obyek audit. Sedangkan metodologi menjelaskan prosedur audit dalam mengumpulkan dan menganalisa bukti untuk menentukan obyek audit. Auditor harus melakukan penilaian risiko dan signifikansi dalam konteks obyek audit dengan memahami/melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.    Nature and Profile of the Programs and User Needs
    Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai perilaku/sifat dari program atau komponen program dalam audit dan potensi manfaat yang akan diperoleh dari hasil atau laporan audit ketika merencanakan audit kinerja.
b.    Internal Control
    Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai pengendalian internal yang signifikan dalam konteks obyek audit. Pengendalian internal disini mengacu pada COSO.
c.    Information System Controls
    Pemahaman pengendalian sistem informasi menjadi penting ketika sistem informasi digunakan secara ekstensif dalam program yang diaudit dan proses bisnis fundamental yang berhubungan dengan obyek audit berhubungan erat dengan sistem informasi.
d.    Legal and Regulatory Requirements Provision of Contracts or Grants Agreements, Fraud or Abuse
    Auditor harus menentukan hukum, peraturan, dan perjanjian apa yang berhubungan dengan konteks sasaran audit dan menilai pelanggaran yang dapat terjadi pada hukum, peraturan dan perjanjian tersebut. Abuse adalah tindakan yang kurang tidak patut bila dibandingkan dengan perilaku orang yang menggunakan pertimbangan dan praktik bisnis yang nyata sesuai dengan keadaan. Jika auditor menduga adanya abuse maka auditor harus melakukan prosedur untuk memastikan akibatnya pada program yang diaudit.
e.    Previous Audit and Attestation Engagements
    Auditor harus mengevaluasi apakah entitas yang diaudit telah melakukan tindakan perbaikan terkait dengan temuan dan rekomendasi dari pemeriksaan sebelumnya yang berhubungan dengan sasaran audit.
f.    Identifying Audit Criteria
    Auditor harus mengidentifikasi kriteria. Kriteria dapat berupa hukum, peraturan, kontrak, perjanjian, standar, ukuran, kinerja yang diharapkan definisi praktik bisnis, dan benchmark dibandingkan dengan kinerja yang dievaluasi.
g.    Identifying Sources of Evidence and the Amount and Type of Evidence Required
    Auditor harus mengidentifikasi sumber informasi potensial yang dapat dijadikan sebagai alat bukti. Auditor juga menentukan jenis dan jumlah bukti audit sehingga cukup dan tepat.
h.    Using the Work of Others
    Auditor harus menentukan apakah auditor lain sedang atau sudah melakukan audit atas program yang berhubungan dengan sasaran audit sekarang. Hasil kerja auditor lain mungkin akan berguna dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
i.    Assigning Staff and Other Resources
    Manajemen audit memberikan penugasan pada staf dan tenaga ahli yang memiliki kompetensi professional secara kolektif untuk melakukan audit kinerja. Jika menggunakan tenaga ahli maka auditor harus mendokumentasikan sifat dan pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli.
j.    Communicating with Management, Those Charged with Governance and Others
    Auditor harus mengkomunikasikan sasaran, ruang lingkup, metodologi audit serta waktu audit dan perencanaan laporan audit kepada manajemen entitas yang diaudit, pihak pemerintah yang bertanggung jawab, pihak yang meminta audit, dan legislatif.
k.    Preparing the Audit Plan
    Auditor harus membuat rencana audit tertulis untuk tiap audit.  Bentuk dan isi rencana audit sangat beragam dan terdiri dari strategi audit, program audit, rencana program, kertas perencanaan audit dan dokumen lain.
l.    Supervision
    Supervisor audit harus melakukan supervisi terhadap staf audit secara memadai. Supervisi meliputi panduan dan arahan pada staf, memberi perhatian pada permasalahan lapangan yang dihadapi, mereviu hasil pekerjaan, melakukan on-job training dengan efektif. Kegiatan supervise bergantung pada ukuran organisasi yang diaudit, signifikansi pekerjaan dan pengalaman dari staf audit.
m.    Obtaining Sufficient, Appropriate Evidence
    Auditor harus mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung temuan dan kesimpulan. Penilaian professional auditor digunakan dalam menentukan ketepatan dan kecukupan bukti.
n.    Audit Documentation
    Auditor harus mempersiapkan dokumentasi dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan audit. Auditor harus merancang bentuk dan isi dokumentasi audit. Organisasi audit harus menyiapkan prosedur dan peraturan guna menjamin keamanan dokumen audit. Organisasi audit juga harus mengembangkan kebijakan yang terkait dengan permintaan dokumen audit dari pihak luar.
b. Standar Pelaporan
1) Reporting.
    Auditor harus memberitakan hasil lengkap dari laporan audit kinerja. Auditor harus menggunakan suatu bentuk laporan audit sesuai dengan kegunaan yang diharapkan ataupun memilih bentuk lain (laporan tertulis, surat, slide, atau bentuk presentasi lainnya). Jika laporan telah diberitakan dan menurut auditor tidak ada bukti yang cukup dantepat dalam mendukung temuan dan kesimpulan maka auditor harus mengkomunikasikan hal tersebut pada para pihak yang berkepentingan untuk tidak tergantung pada temuan dan kesimpulanyang tidak didukung bukti yang tepat dan cukup tersebut.
2) Report Contents
a.    Objective, Scope and Methodology
    Laporan audit harus mencakup deskripsi dari sasaran audit dan ruang lingkup serta metodologi yang digunakan untuk mendapatkan sasaran audit. Auditor harus mengkomunikasikan sasaran audit dalam laporan audit secara jelas, spesifik, netral, dan tidak bias serta meliputi asumsi yang relevan seperti kenapa lembaga audit melakukan penugasan tersebut dan tujuan audit serta laporan yang dihasilkan. Auditor harus menjelaskan ruang lingkup audit yang dilakukan serta keterbatasannya.
b.    Reporting Findings
    Dalam laporan audit, auditor harus memberikan bukti yang tepat dan cukup untuk mendukung temuan dan kesimpulan yang berkaitan dengan sasaran audit. Auditor harus menjelaskan tentang keterbatasan dan ketidakpastian dalam laporan yang berhubungan dengan reliabilitas dan validitas bukti. Auditor harus melaporkan tentang defisiansi dalam pengendalian internal yang signifikan dengan konteks sasaran audit.
c.    Deficiencies in Internal Control
    Auditor harus menyertakan dalam laporan audit tentang (1) ruang lingkup pekerjaannya dalam pengendalian internal; (2) setiap defisiansi dalam pengendalian internal yang signifikan dengan konteks sasaran audit dan berdasarkan pekerjaan audit.
d.    Fraud, Illegal Acts, Violation of Provisions of Contract or Grant Agreement, and Abuse
    Hal-hal di atas jika muncul maka harus dilaporkan sebagai Temuan. Ketika auditor mendeteksi adanya pelanggaran sebagaimana diatas maka harus dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit kecuali pelanggaran itu tidak konsekuensial dengan sasaran audit, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Komunikasi ini harus didokumentasikan.
e.    Reporting Findings Directly to Parties Outside the Audited Entity
Auditor harus melaporkan temuan audit pada pihak di luar entitas audit dalam dua kondisi: (1) manajemen entitas gagal untuk memenuhi ketentuan hukum pada pihak eksternal; (2) manajemen entitas gagal dalam melakukan tindakan yang memadai dan secara berkala guna mendeteksi adanya pelanggaran.
f.    Conclusion
    Auditor harus melaporkan kesimpulan berdasar sasaran audit dan temuan. Kesimpulan kuat jika membimbing auditor kepada rekomendasi dan meyakinkan pengguna pengetahuan laporan bahwa suatu tindakan perlu dilakukan.
g.    Recommendations
    Rekomendasi yang efektif akan mendorong adanya perbaikan dalam pelaksanaan program dan operasi pemerintah. Rekomendasi dikatakan efektif jika ditujukan pada pihak yang memiliki kewenangan untuk bertindak, spesifik, praktis, cost effective dan terukur.
h.    Reporting View of Responsible Officials
    Auditor menyediakan draft laporan dan temuan untuk direviu dan dikomentari oleh pejabat yang bertanggungjawab dari entitas audit guna membantu auditor untuk mengembangkan laporan yang adil, lengkap dan obyektif. Komentar lebih baik diberikan secara tertulis, tetapi secara lisan juga tidak apa-apa. Jika entitas audit menolak atau tidak dapat memberi komentar maka auditor harus menyatakan dalam laporan bahwa laporan audit tidak ada komentar dari entitas audit.
i.    Reporting Confidential or Sensitive Information
    Jika terdapat informasi yang bersifat rahasia maka auditor harus mengungkapkan dalam laporan bahwa ada informasi yang diberikan secara terbatas dan alasan pembatasan tersebut.
3) Distributing Reports.
    Distribusi laporan tergantung pada hubungan antara auditor dengan lembaga audit juga sifat informasi dalam laporan. Sesuai dengan GAGAS 11 laporan audit diberikan kepada: pihak yang bertanggungjawab di pemerintahan, pejabat pada entitas audit, lembaga yang meminta atau merencanakan audit. Auditor juga sebaiknya mendistribusikan laporan kepada pejabat lain yang memiliki kewenangan penegakan hukum atau pihak lain yang bertanggungjawab atas tindakan perbaikan atau temuan audit serta pihak lain yang berhak menerima laporan.
B.    Ilustrasi Kertas Kerja
Ilustrasi Kertas Kerja Audit - Tujuan, Area Kunci, dan Lingkup Audit


       Indeks
      A.1
Lembaga Audit Pemerintah
TIM AUDIT KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL BEA CUKAI


                                                Auditee            : Direktorat Jenderal Bea Cukai        
Kertas Kerja Audit                   Tahun Buku    : 2012
                                                Dibuat Oleh     : RW
                                                Direview oleh  : ABC

Pemahaman atas Direktorat Jenderal Bea Cukai                        

Tujuan:
Memahami Direktorat Jenderal Bea Cukai

Langkah-langkah:
1.    Wawancara dengan manajemen staf kunci
2.    Review kebijakan-kebijakan, pengarahan-pengarahan, dan dokumen-dokumen
3.    Review laporan kinerja entitas serta laporan mengenai rencana kerja dan prioritasnya
4.    Review peninjauan fisik terhadap fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh entitas
5.    Telusuri sitem dan prosedur pengendalian
6.    Analisis hubungan antara pemanfaatan sumber daya dan hasilnya
7.    Identifikasi risiko entitas
8.    Review laporan-laporan audit dan studi yang telah dilakukan sebelumnya, termasuk laporan audit yang dilakukan oleh auditor lainya
Hasil
1.    Gambaran umum entitas (KKA Indeks A1.1)
2.    Pemahaman atas Input, Proses dan Output Entitas (KKA Indeks A.1.2)
3.    Informasi Lainya (KKA Indeks A1.3)



        Indeks
       B.1
Lembaga Audit Pemerintah
TIM AUDIT KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL BEA CUKAI


                                                            Auditee            : Direktorat Jenderal Bea Cukai        
Kertas Kerja Audit                               Tahun Buku    : 2013
                                                            Dibuat Oleh     : RW
                                                            Direview oleh  : ABC
Identifikasi Area Kunci    

Tujuan:
 Menetukan Area Kunci

Langkah-langkah:
1.    Analisis untuk menentukan area audit potensial dengan menggunakan pendekatan faktor pemilihan pada Direktorat Jenderal Bea Cukai yaitu:
a.    Perumusan kebijakan teknis di bidang kepabeanan dan cukai
b.    Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean
c.    Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai
d.    Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, keterlaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeaanan dan cukai
Fakror –faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pemeringkatan atas area audit potensial adalh sebagai berikut
a.    Risiko manajemen, yaitu risiko bahawa entitas atau area yang akan diaudit melakukan tindakan ketidak harmonisan , ketidakefisienan, danketidakefektifan
b.    Signifikansi, yaitu signifiknasi dari suatu area audit yang berkaitan dengan tingkat besar kecilnya pengaruh kegiatan tersebut terhadap entitas secara keseluruhan . disini tim audit berfokus pada tingkat intensitas finansialnya
c.    Dampak potensial dari audit kinerja, yang meliputi unsure efektifitas,peningkatan perencanaan pengendalian dan pengelolaan , serta peningkatan akuntabilitas efisiensi, ekonomi, dan kepentingan mutu pelayan . dalam hal ini kepentingan umum dimasukan sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pembobotan karena entitas yang diadit memberikan pelayanan kepda masyarakat aspek kepentingan umum berkaitan dengan aspek social ekonomi kegiatan dan pentingnya pengoprasian kegiatan bagi parlemen dan public
d.    Auditabilitas, berkaitan dengan kemampuan tim audit dalam melaksanakan audit berdasarkan standar professional
Tim audit menggunakan matriks pembobotan untuk menyeleksi area audit potensial dengan skor sebagai berikut
-    Tinggi        : skor 3
-    Sedang        : skor 2
-    Rendah        : skor 1

2.    Analisis untuk menentukan ara kunci berdasarkan area dengan memerhatikan beberapa faktor sebagai berikut
a.    Risiko manajemen. Yaitu risiko manajemen atas tidak tercapainya  “3E” (ekonomis, efisiensi,dan efektivitas).
b.    Signifikasi, yaitu menilai apakah suatu kegiatan dalam area audit secara komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainya dalam objek audit secara keseluruhan . faktor-faktor yang dipertmbangkan antara ain:
-    Materialitas keuangn
-    Batas kritis keberhasilan
-    Visibilitas
c.    Dampak hasil pemeriksaan , yaitu pengaruh hasil auit terhadap perbaikan atas area yang diaudit .oleh karena entitas yang diaudit adalah
d.    Auditabilitas,berkaitan dengan kemampuan tim audit untukmelaksanakan audit sesuai dengan standar professional
Hasil
1.    Area audit potensial (KKA indeks B.1.1)
Dari kekempat area potensial yang ada yaitu (1) Perumusan kebijakan teknis di bidang kepabeanan dan cukai (2) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean (3) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cuka (4) Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, keterlaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeaanan dan cukai namun area audit yang dipilih adalah Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean.
2.    Area Kunci (KKA Indeks B.1.2)
Dua area kunci yang dinilai oleh timaudit berdasarkan hasil analitis dalam pelaksanaan audit yaitu
1.    Pengelolaan barang sitaan
2.    Tempat Penyimpanan barang sitaan





        Indeks
        B.2
 Lembaga Audit Pemerintah
TIM AUDIT KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL BEA CUKAI


                                                            Auditee            : Direktorat Jenderal Bea Cukai
Kertas Kerja Audit                              Tahun Buku    : 2012
                                                            Dibuat Oleh     : RW
                                                            Direview oleh  : ABC

PENETAPAN TUJUAN DAN LINGKUP AUDIT
Tujuan
Menetapkan tujuan audit tetap ( firm audit objective) dan lingkup audit

Langkah-langkah
1.    Tentukan tujuan audit tetap berdasrkan area kunci yang telah ditetapkan sebelumya
2.    Tentukan lingkup audit dengan langkah-langkah sebagai berikut
a.    Manfaatkan informasi dari tahap sebelumnya
b.    Sesuaikan lingkup audit
c.    Gunakan pertimbangan professional
d.     Pertimbangan karakteristik objek audit
Hasil
1.    Tujuan Audit tetap
Dari empat area potensial yang ada, tim audit melihat area ‘adalah Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean’ adalh yang terpenting untuk dilakukan audit karena ditengarai banyak barang sitaan hasil penyelundupan yang disalahgunakan. Oleh karena itu, tim audit berfokus pada penilaian efektivitas pengendalian penyimpanan baranghasil sitaan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Disamping itu, tim audit belum pernah melakukan kegiatan audit kinerja di Direktorat Jenderal Bea dan  Cukai sehingga diperlukan pemilihan skala prioritas dalam halunsur ‘3E’ yang akan dinilai maupun wilayah audit yang akan dilakukan terkait dengan faktor biaya dan waktu untuk ketiga area potensial lainya Perumusan kebijakan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cuka, Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan,serta unsure ekonomi dan efisiensi dapat dilakukan audit kinerja pada periode mendatang. Berdasarkan pertimbangan diatas, timaudit akan lebih berfokus pada penilaian atas efektivitas pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean dengan harapan bahwa audit ini akan meningkatkan mutu pengendalian  barang hasil sitaan pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan akuntabilitasnya. Dengan demikian perumusan tujuan audit tetap adalah:“
“ Menilai efektivitas pengelolaan barang sitaan yang dilakukan oleh Dirrektorat Jenderal Bea dan Cukai”.
Untuk memenuhi tujuan diatas, audit akan meniai
a.    Apakah struktur organisasai dan pelaksanaan pengendalian barang yang masuk keluar daerah pabean telah
b.    Apakah proses pelaksanaan pengedalian barang sitaan telah sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan
c.    Apakah pengukuran pengendalian barang sitaan dan penilaian kinerja Direktorat Jenderal Bea dan cukai telah dipertanggungjawabkan dengan baik
2.    Lingkup Audit
a.    Tahun anggran yang diaudit adalah 2012
b.    Lingkup kegiatan yang diperiksa diaudit meliputi proses pengendalian dan akuntabililitas
c.    Lingkup kegiatan yang diuji dalam audit berdasarkan pemilian area kunci yang sudah dilakukan mencakup dua area kunci, yaitu pengelolaan barag sitaan dan tempat penyimpanan barang sitaan
d.    Lokasi audit Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


   

BAB III
Kesimpulan
    GOA merupakan lembaga yang independen yang bertugas melakukan audit lapora keuangan dan laporan kinerja. Sekitar 70% dari aktivitas GAO adalah kegiatan evaluasi atas program atau aktivitas pemerintah dan permintaan anggota cogress. Pada mulanya GOA membantu Congress untuk melihat apakah setiap belanja pemerintah telah dialakukan dengan benar. Akan tetapi seiring dengan kompleksitas  persoalan yang dihadapi maka GAO juga memperluas pemeriksaan terhadap isu-isu yang komplesks. GAO juga memiliki standar tertentu yang terus dipatuhi dalam hal pelaporan agar kualitas laporan GAO sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
   
    Penilaian yang memadai harus dilakukan untuk memastikan bahwa bukti yang cukup dan tepat didapatkan untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Dalam beberapa situasi, bukti yang cukup dan tepat telah tersedia tetapi dalam situasi lain ada keterbatasan. Signifikan didefinisikan sebagai masalah-masalah yang relatif penting dalam sebuah konteks yang sedang dipertimbangkan, hal ini meliputi faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif. Konsep “signifikan” dalam standar audit kinerja ini sebanding dengan konsep “material” dalam konteks audit keuangan. Risiko audit adalah kemungkinan temuan audit, kesimpulan, rekomendasi atau penilaian yang dilakukan tidak patut atau tidak lengkap. Hal ini terjadi karena bukti yang tidak tepat dan cukup, proses audit yang tidak cukup, atau kesengajaan penghilangan informasi atau informasi yang menyesatkan dalam penyajian yang salah ataupun kecurangan. Auditor harus melakukan perencanaan yang cukup dan mendokumentasikannya untuk menentukan sasaran audit. Sasaran audit adalah apa yang menjadi harapan untuk dipenuhi oleh audit.

Audit Proses Manajemen Persediaan

Audit Proses Manajemen Persediaan

GAMBARAN UMUM PROSES MANAJEMEN PERSEDIAAN
    Proses manajemen persediaan dipengaruhi oleh prosedur pengendalian untuk proses pendapatan, pembelian dan gaji. Perolehan dan pembayaran persediaandikendalikan melalui proses pembelian. Biaya untuk tenaga kerja langsung maupun tidak langsung yang dibebankan ke persediaan dikendalikan melalui proses penggajian. Terakhir, barang jadi dijual dan diperhitungkan sebagai bagian dari proses pendapatan. Oleh karena itu, siklus “dari awal sampai akhir” untuk persediaan dimulai ketika barang dibeli dan disimpan dan berakhir ketika barang jadi dikirimkan kepada pelanggan.
Topik yang berkaitan dengan proses manajemen persediaan:
•    Jenis – jenis dokumen
•    Fungsi – fungsi utama
•    Pemisahan tugas kunci
Jenis – jenis dokumen dan catatan
 Jadwal produksi (production schedule)
    Jadwal produksi biasanya disiapkan secara berkala berdasarkan permintaan yang diperkirakan untuk produk entitas. Permintaan yang diperkirakan dapat didasarkan pada pesanan berjalan yang terdaftar atau pada prakiraan penjualan dari departemen penjualan atau pemasaran. Jadwal produksi menentukan kuantitas barang yang dibutuhkan dan waktu di mana barang tersebut harus disiapkan untuk memenuhi jadwal produksi. Banyak organisasi menggunakan perencanaan kebutuhan bahan baku atau program persediaan just in time untuk membantu dengan perencanaan produksi. Jadwal produksi memberikan auditor informasi mengenai tingkat aktivitas operasi yang direncanakan.
Laporan penerimaan ( receiving report)
    Laporan penerimaan mencatat penerimaan barang dari vendor. Data dari laporan penerimaan adalah masukan bagi program persediaan untuk memperbaharui arsip induk persediaan, yang berisi informasi atas catatan perpetual klien.
Permintaan bahan baku (materials requisition)
    Permintaan bahan baku biasanya digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk menelusuri bahan baku selama proses produksi.
 Arsip induk persediaan (inventory master file)
    Arsip induk persediaan berisi semua informasi penting yang terkait dengan  persediaan entitas, termasuk catatan persediaan perpetual.
Informasi data Produksi (Production Data Information)
    Informasi ini memperbarui sistem persediaan perpetual entitas. Informasi  itu juga digunakan sebagai masukan untuk menghasilkan akumulasi biaya dan laporan varians yang dihasilkan oleh sistem persediaan
Laporan Akumulasi Biaya dan Varians (cost accumulation and variance report)
    Sebagian besar  sistem pengendalian persediaan dalam lingkungan manufaktur menghasilkan laporan yang serupa dengan laporan akumulasi biaya dan varians. Laporan akumulasi biaya merangkum berbagai biaya yang dibebankan  kepada departemen dan produk. Laporan varians  menyajikan hasil dari pemrosesan persediaan dalam bentuk  biaya aktual versus biaya standar atau biaya yang dianggarkan. Akuntansi biaya dan departemen manufaktur me-review laporan ini pembebanan yang tepat.
Laporan status persediaan (inventory status report)
    Laporan ini memperlihatkan jenis dan jumlah produk di tangan. Dalam sistem persediaan yang canggih, jenis informasi ini dapat diakses secara langsung melalui terminal komputer atau komputer pribadi.
Order pengiriman (shipping order)
    Salinan dokumen ini digunakan untuk memindahkan barang dari catatan persediaan perpetual klien.
 
Fungsi – fungsi utama
 Manajemen persediaan (inventory management)
    Diperusahaan manufaktur, departemen manajemen produksi akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan persediaan melalui perencanaan dan penjadwalan aktivitas pabrikasi.
Gudang bahan baku (raw material store)
    Di perusahaan manufaktur fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan, penjagaan dan pengeluaran bahan baku.
Pabrikasi (manufaturing)
    Fungsi pabrikasi bertanggung jawab untuk menghasilkan produk,. Dari perspekrtif audit harus terdapat pengendalian yang memadai atas arus fisik barang dan akumulasi yang tepat atas biaya yang melekat dipersediaan.
Gudang barang jadi (finished goods stores)
    Fungsi ini bertanggung jawab terhadap penyimpanan dan pengendalian atas barang jadi. Ketika barang selesai dibuat oleh fubfsi pabrikasi, barang tersebut ditransfer kegudang barang jadi. Lagi, barang tersebut harus dijaga secara memadai terhadap pencurian dan penggunaan yang tidak terotorisasi.
Akuntansi biaya (cost accounting)
    Fungsi ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa biaya telah dibebankan secara tepat kepersediaan seiring dengan pemrosesan barang melalui fungsi pabrikasi. Akuntansi biaya mereview laporan akumulasi biaya dan varians setelah data tersebut diproses kedalam catatan akuntansi.
Buku besar (general ledger)
    Tujuan utama buku besar adalah untuk memastikan bahwa semua persediaan dan biaya produksi diakumulasikan dengan benar, diklasifikasikan dan dibuat ikhtisarnya didalam akun buku besar. Dalam suatu sistem TI, total pengendalian atau ikhtisar memastikan bahwa fungsi ini berjalan dengan benar. Satu pengendalian penting yang dilakukan oleh fungsi buku besar adalah rekonsiliasi dari catatan persediaan perpectual ke akun persediaan di buku besar.
Pemisahan tugas kunci
    Pemisahan tugas adalah pengendalian yang sangat penting dalam proses manajemen persediaan karena terdapat potensi adanya pencurian dan kecurangan. Oleh karena itu, orang yang terlibat dalam fungsi manajemen persediaan dan gudang persediaan seharusnya tidak memiliki akses terhadap –persediaan, catatan akuntansi biaya, atau buku besar. Ketika sistem persediaan terkomputerisasi, harus terdapat pemisahan tugas yang memadai dialam departemen TI.

PENENTUAN RISIKO BAWAAN
Auditor perlu untuk mempertimbangkan faktor risiko bawaan yang dapat memengaruhi transaksi yang diproses oleh sistem dan akun laporan keuangan yang terpengaruhi oleh transaksi dalam memeriksa proses manajemen persediaan. Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan industri dan karakteristik operasi dan perikatan ketika menentukan kemungkinan salah saji material.
Faktor-faktor yang Terkait dengan Industri
Beberapa faktor industri dapat mengindikasikan adanya salah saji material di dalam persediaan. Sebagai contoh, jika kompetisi industri sangat ketat, mungkin terdapat masalah dengan penilaian persediaan yang tepat dalam kaitannya dengan nilai yang lebih rendah dari nilai buku atau nilai pasar. Perubahan teknologi dalam industri tertentu juga dapat menyebabkan salah saji material karena keusangan. Selain itu terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kerumitan dari audit persediaan antara lain:
•    Persediaan umumnya adalah bagian utama dalam neraca, dan seringkali merupakan akun terbesar yang masuk ke modal kerja.
•    Persediaan dapat tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan pengendalian pisik dan perhitungannya. Perusahaan harus menempatkan persediaannya sedemikian rupa sehingga mudah diakses untuk efisiensi produksi dan penjualan produk, tetapi penyebaran ini sering menimbulkan kesulitan pelaksanaan audit.
•    Keseragaman persediaan menciptakan kesulitan auditor. Seperti perhiasan, kimia, dan suku cadang elektronik sering menyulitkan observasi dan penilaian.
•    Penilaian persediaan juga dipersulit oleh faktor ketinggalan jaman dan perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke persediaan.
•    Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima, tapi klien harus memakai metode tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun.

Karakteristik Perikatan dan Operasi
    Sejumlah karakteristik perikatan dan operasi penting untuk penentuan risiko bawaan persediaan. Pertama, jenis produk yang dijual oleh klien dapat meningkatkan potensi penyalahgunaan. Sebagai contoh, produk yang berukuran kecil dan bernilai tinggi, seperti perhiasan, lebih rentan terhadap pencurian dibandingkan dengan produk yang berukuran besar. Kedua, persediaan sering lebih sulit untuk diaudit, dan penilaiannya dapat mengakibatkan perbedaan pendapat dengan klien. Terakhir, auditor harus waspada terhadap kemungkinan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam rangka memperoleh bahan baku dan menjual barang jadi. Riset audit juga telah menunjukan bahwa terdapat risiko yang relatif tinggi bahwa persediaan berisi salah saji material. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan secara hati-hati jika salah saji yang ditemukan di audit tahun lalu mungkin masih ada di persediaan tahun berjalan dan merencanakan audit berdasarkan kondisi tersebut.

PENENTUAN RISIKO PENGENDALIAN
    Strategi substantif dapat digunakan oleh auditor ketika mengaudit persediaan dan harga pokok penjualan. Ketika strategi ini dilakukan, auditor tidak mengandalkan prosedur pengendalian pada proses manajemen persediaan dan menetapkan tingkat risiko maksimum pada pengendalian. Prosedur substantif kemudian digunakan oleh auditor untuk menilai kewajaran persediaan. Dalam banyak kasus, auditor dapat menggunakan pengendalian internal pada persediaan. Hal ini dilakukan ketika klien memiliki akuntansi biaya dan sistem manajemen persediaan yang terintegrasi.

Penjelasan langkah-langkah dalam menetapkan risiko pengendalian dalam proses manajemen persediaan:
Memahami dan Mendokumentasikan Pengendalian Internal
    Auditor harus memahami lima komponen pengendalian internal dalam menetapkan risiko pengendalian untuk proses manajemen persediaan. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh auditor, pertama, jika klien menggunakan teknologi dan informasi yang canggih untuk mengawasi aliran barang dan mengakumulasikan biaya, auditor perlu untuk mengawasi pengendalian terhadap teknologi dan informasinya secara umum maupun aplikasi persediaan. Kedua, auditor perlu memahami secara mendalam proses yang digunakan oleh klien untuk menilai persediaan.
Merencanakan dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian
    Dalam langkah ini, auditor diminta untuk mengidentifikasikan prosedur pengendalian yang relevan dalam sistem pengendalian klien yang memastikan bahwa salah saji material telah dicegah ataupun dideteksi dan dikorelasi.
Menetapkan dan Mendokumentasikan Risiko Pengendalian
    Setelah pengendalian dalam sistem persediaan ditetapkan, auditor menetapkan tingkat risiko pengendalian. Auditor harus mendokumentasikan tingkat risiko pengendalian yang dicapai dengan menggunakan jumlah kuantitatif atau dalam bentuk kualitatif.

PROSEDUR PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN – TRANSAKSI PERSEDIAAN
    Sejumlah prosedur pengendalian dalam proses pendapatan dan pembelian memberikan keyakinan untuk asersi terpilih untuk persediaan.
Keterjadian Transaksi Persediaan
    Pengendalian utama untuk mencegah transaksi persediaan fiktif adalah pemisahan tugas, dimana manajemen persediaan dan fungsi gudang persediaan dipisahkan dari departemen yang bertanggung jawab atas persediaan dan catatan akuntansi biaya. Pengendalian ini mencegah karyawan bagian operasi memiliki akses terhadap persediaan maupun catatan persediaan perpetual. Dokumen-dokumen yang telah dinomori untuk menangani penerimaan, transfer, dan penarikan persediaan dapat mencegah pencatatan persediaan fiktif dalam catatan akuntansi.
Auditor juga harus mempertimbangkan bahwa barang-barang dapat dicuri. Pertimbangan auditor mengenai pencurian barang berbeda-beda dan tergantung pada jenis produk yang dijual dan diproduksi oleh klien. Klien harus melakukan penjagaan fisik atas persediaan yang konsisten dengan kerentanan nilai dari barang-barang dagangan.
Kelengkapan Transaksi Persediaan
    Prosedur pengendalian untuk asersi kelengkapan terkait dengan pencatatan persediaan yang telah diterima. Prosedur ini biasanya terdapat di dalam proses pembelian.
Otorisasi Transaksi Persediaan
    Perhatian auditor terhadap otorisasi di sistem persediaan adalah pada pembelian yang tidak terotorisasi atau aktivitas produksi yang dapat mengarah pada kelebihan tingkat jenis tertentu barang jadi.
Akurasi Transaksi Persediaan
    Akurasi adalah asersi penting karena transaksi persediaan yang tidak dicatat dengan benar akan mengakibatkan salah saji yang memengaruhi secara langsung jumlah yang dilaporkan pada laporan keuangan untuk harga pokok penjualan dan persediaan. Pemrosesan transaksi pembelian persediaan yang akurat mencakup penerapan harga yang benar terhadap kualitas aktual barang yang diterima. Penggunaan sistem persediaan perpetual dalam kaitannya dengan perhitungan persediaan fisik berkala atau tahunan menghasilkan kualitas persediaan yang sesungguhnya yang tampak di catatan persediaan perpetual klien. Penggunaan biaya standar dalam penghitungan dalam menilai persediaan harus memperkirakan biaya aktual dan adanya varians yang besar adalah satu tanda bahwa persediaan mungkin tidak dihitung biayanya dengan nilai yang tepat.
Klasifikasi Transaksi Persediaan
    Pada perusahaan manufaktur, klien harus memiliki prosedur pengendalian untuk memastikan bahwa persediaan telah diklasifikasikan dengan tepat sebagai bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi. Hal ini biasanya dapat dilakukan dengan menentukan departemen mana dalam perusahaan manufaktur yang termasuk sebagai persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Oleh karena itu, dengan mengetahui departemen produksi mana yang memegang persediaan, klien dapat mengklasifikasikan menurut jenisnya.

Menghubungkan Tingkat Risiko Pengendalian yang Ditentukan dengan Prosedur Substantif
            Jika hasil pengujian pengendalian untuk sistem persediaan tidak mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan, auditor akan menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih tinggi dan menetapkan risiko deteksi pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini akan mengarah pada prosedur substantif yang meningkat.

Audit Persediaan
            Dua kategori prosedur substantif yang dibahas yaitu:
•    Prosedur analitis substantif
•    Pengujian terinci atas kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
Asersi atas Kelompok Transaksi, Peristiwa, Saldo Akun, dan Pengungkapan untuk Persediaan
Asersi atas Kelompok Transaksi atau Peristiwa:
•      Keterjadian. Transaksi persediaan adalah sah.
•      Kelengkapan. Seluruh transaksi persediaan dan peristiwa telah dicatat.
•      Otorisasi. Semua transaksi persediaan dan peristiwa telah diotorisasi dengan layak.
•      Akurasi. Transaksi persediaan telah dihitung dengan benar, dan persediaan akhir serta pendapatan dan harga pokok penjualan terkait telah diakumulasikan dengan benar dari jurnal dan buku besar.
•      Pisah batas. Penerimaan persediaan dan pengiriman dicatat pada periode akuntansi yang benar.
•      Klasifikasi. Persediaan dicatat di akun yang tepat (misalnya: bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi).

Asersi atas Saldo Akun pada Akhir Periode:
•      Keberadaan. Persediaan yang dicatat di dalam buku dan catatan benar-benar ada.
•      Hak dan kewajiban. Entitas memiliki hak hukum (yaitu, kepemilikan) atas persediaan yang dicatat.
•      Kelengkapan. Semua persediaan dicatat.
•      Penilaian dan alokasi. Persediaan dicatat dengan tepat sesuai dengan GAAP (misalnya, nilai yang lebih rendah dari nilai buku atau pasar).

Asersi atas Penyajian dan Pengungkapan:
•      Keterjadian serta hak dan kewajiban. Semua peristiwa yang diungkapkan, transaksi, dan hal lain yang terkait dengan persediaan telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
•      Kelengkapan. Semua pengungkapan yang terkait dengan persediaan yang seharusnya dimasukkan di laporan keungan telah dimasukkan.
•      Klasifikasi dan kemampuan untuk dapat dipahami. Informasi keuangan yang terkait dengan persediaan telah disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan pengungkapan telah dinyatakan dengan jelas.
•      Akurasi dan penilaian. Informasi keuangan dan lainnya terkait dengan persediaan telah diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.

Prosedur Analitis Substantif
            Prosedur analitis substantif adalah pengujian audit yang berguna dalam memeriksa kewajaran persediaan dan harga pokok penjualan. Ketika dilaksanakan sebagai bagian dari perencanaan audit, prosedur analitis awal dapat mengidentifikasikan secara efektif apakah akun persediaan dan harga pokok penjualan berisi salah saji material.
            Prosedur analaitis subtantif berguna untuk menguji asersi penilaian persediaan. Tabel berikut memuat daftar prosedur analitis substantif yang berguna dalam mengaudit persediaan dan akun terkait baik pada tahap perencanaan maupun sebagai review menyeluruh.

Prosedur Analitis Substantif untuk Persediaan dan Akun-akun yang Terkait
Prosedur Analitis Substantif    Kemungkinan Salah Saji yang Terdeteksi
Bandingkan bahan baku, barang jadi, dan total perputaran persediaan dengan saldo tahun lalu dan rata-rata industri.
Bandingkan lama persediaan terjual dengan data tahun lalu dan rata-rata industri.
Bandingkan persentase laba kotor menurut lini produk dengan data tahun dan rata-rata industri.
Bandingkan biaya standar tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya setelah mempertimbangkan kondisi-kondisi saat ini.
Bandingkan biaya overhead pabrik aktual dan biaya yang dianggarkan atau biaya overhead pabrik standar.    Persediaan yang ussang, lama terjual, atau berlebihan.

Persediaan yang usang, lama terjual, atau berlebihan.
Kurang atau lebih saji persediaan.

Kurang atau lebih saji persediaan.


Mengurangkan atau memasukkan biaya overhead secara tidak tepat.

Audit Biaya Standar
            Banyak entitas manufaktur menggunakan sistem biaya standar untuk mengukur kinerja dan untuk menilai persediaan. Untuk menguji biaya standar, auditor pertama-tama harus me-review kebijkaan dan prosedur klien untuk menyusun biaya standar. Begitu kebijakan dan prosedur dipahami, auditor biasanya menguji pembentukan komponen biaya untuk sampel yang representatif dari biaya produk standar. Tiga komponen yang merupakan unsur biaya produksi suatu produk, yaitu: bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.
Bahan Baku
    Menentukan biaya bahan baku memerlukan pengujian kuantitas dan jenis bahan baku yang termasuk di dalam produk dan haga bahan baku. Kuantitas dan jenis bahan baku diuji dengan me-review spesifikasi teknik dari produk.
Tenaga Kerja
    Penentuan biaya tenaga kerja memerlukan bukti mengenai jenis dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi dan tarif tenaga kerja.
Overhead
    Auditor menguji overhead dengan me-review metode klien dalam alokasi overhead untuk kewajaran, ketaatan dengan GAAP, dan konsistensi. Auditor dapat memeriksa biaya yang termasuk di dalam overhead untuk memastikan bahwa biaya tersebut dapat dibebankan secara tepat ke produk. Dimasukkannya atau dikeluarkannya biaya tersebut harus konsisten dari satu periode ke periode selanjutnya.

Pengamatan Persediaan Fisik
            Pengamatan auditor atas persediaan adalah prosedur audit yang berlaku umum (SA Seksi 331). Tetapi auditor tidak disyaratkan utnutk mengamati semua persediaan, tetapi hanya persediaan yang material. Selama pengamatan perhitungan fisik persediaan, auditor harus melakukan hal berikut:
•    Pastikan bahwa tidak ada produksi yang dijadwalkan.
•    Pastikan bahwa tidak ada perpindahan barang selama perhitungan persediaan.
•    Pastikan bahwa tim penghitung dari pihak klien mengikuti instruksi penghitungan persedian.
•    Pastikan bahwa kartu persediaan telah diterbitkan secara berurut ke pegawai departemen.
•    Lakukan uji penghitungan dan catat suatu sampel penghitungan dalam kertas kerja.
•    Dapatkan informasi pengendalian kartu untuk menguji kompilasi persediaan klien.
•    Dapatkan informasi pisah batas, termasuk jumlah dokumen pengiriman dan penerimaan terakhir yang diterbitkan pada tanggal penghitungan fisik persediaan.
•    Amati kondisi persediaan bagi barang-barang yang mungkin usang, lama tidak terjual, atau berlebih.
•    Tanyakan mengenai barang konsinyasi milik pihak lain atau dipegang dengan dasar “tagih-dan-tahan”.
Pengujian Terinci atas Kelompok Transaksi, Saldo Akun, dan Pengungkapan
            Tujuan yang dimaksud bagi pengujian terinci atas transaksi adalah untuk mendeteksi salah saji moneter dalam akun persediaan. Auditor dapat melakukan pengujian terinci atas  transaksi khususnya bagi persediaan. Tetapi, karena proses manajemen persediaan berinteraksi dengan proses pendapatan, pembelian, dan manajemen sumber daya, transaksi yang melibatkan penerimaan barang, pengiriman barang, dan pembebanan biaya tenaga kerja biasanya diuji sebagai bagian dari proses tersebut.
Akurasi
    Dalam menguji akurasi persediaan perlu untuk memperoleh salinan kompilasi dari persediaan fisik yang menunjukkan kuantitas persediaan dan harga.
Pisah Batas
    Dalam menguji asersi pisah batas untuk persediaan, usaha auditor untuk menentukan apakah semua penjualan barang jadi dan pembelian bahan baku dicatat pada periode yang tepat.
Keberadaan
    Keberadaan adalah satu dari asersi yang lebih penting untuk akun persediaan. Pengamatan persediaan fisik adalah langkah audit yang utama untuk memverifikasi asersi ini.
Kelengkapan
    Auditor harus menentukan apakah semua persediaan telah dimasukkan ke dalam kompilasi persediaan dan akun persediaan buku besar.
Hak dan Kewajiban
    Auditor harus menentukan apakah persediaan yang dicatat benar-benar dimiliki oleh entitas. Dua isu terkait dengan kepemilikan dapat timbul. Pertama, auditor harus yakin bahwa persediaan di tangan dimiliki oleh klien. Kedua, di beberapa industri, barang dijual dengan dasar “tagih-dan-tahan”.

Penilaian dan Alokasi
    Sejumlah isu penilaian penting terkait dengan persediaan. Isu pertama terkait dengan biaya yang digunakan untuk menilai barang persediaan yang termasuk di kompilasi. Isu penilaian kedua terkait dengan pengujian nilai yang lebih rendah antara biaya dan nilai pasar bagi persediaan. Isu penilaian yang ketiga terkait dengan persediaan usang, lama tak terjual, atau berlebih. Isu penilaian yang terakhir, auditor harus menyelidiki penyesuaian yang bernilai besar di antara jumlah persediaan yang tampak di akun buku besar dan jumlah yang ditentukan dari perhitungan fisik persediaan (penyesuaian buku ke fisik) untuk salah saji yang mungkin.
Klasifikasi dan Kemampuan untuk Dapat Dipahami
    Dalam perusahaan manufaktur, auditor harus menentukan bahwa persediaan diklasifikasikan dengan benar sebagai bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi. Pada kebanyakan perusahaan manufaktur, klasifikasi yang benar dapat dicapai dengan menentukan departemen pemrosesan mana yang memiliki pengendalian atas persediaan pada tanggal penghitungan fisik.
Asersi Penyajian dan Pengungkapan Lainnya
Beberapa contoh unsur pengungkapan untuk persediaan dan akun terkait:
•    Metode biaya (FIFO, LIFO, metode eceran)
•    Komponen persediaan
•     Kontrak pembelian jangka panjang
•    Persediaan konsinyasi
•    Pembelian dari pihak terkait
•     Likuidasi LIFO
•     Persediaan yang dijaminkan
•    Pengungkapan atas kerugian tidak biasa dari penurunan nilai persediaan atau kerugian atas komitmen pembelian jangka panjang
•    Kewajiban garansi

Evaluasi Temuan Audit – Persediaan
            Ketika auditor telah menyelesaikan pengujian substantif yang direncanakan atas akun persediaan, semua salah saji yang diidentifikasi harus dijumlahkan. kemungkinan salah saji dibandingkan dengan salah saji yang dapat diterima yang dialokasikan ke akun persediaan. Jika kemungkinan salah saji kurang dari salah saji yang dapat diterima, auditor dapat menerima akun persediaan sebagai disajikan secara wajar. Sebaliknya, jika kemungkinan salah saji melebihi salah saji yang dapat diterima, auditor harus menyimpulkan bahwa akun persediaan tidak disajikan dengan wajar.

dit Proses Manajemen Persediaan

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes