PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
1. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Sebelum memberikan gambaran dan penjelasan mengenai filsafat ilmu,
terlebih dahulu akan memperkenalkan filsafat itu sendiri supaya
pada pembahasan selanjutnya tidak menimbulkan keraguan dan
kebingungan untuk memahaminya. Secara etimologi, ada dua pendapat untuk
mendefiniskan filsafat. Pertama; asal kata filsafat ialah dari
bahasa Arab. Pendapat ini dinyatakan di antaranya oleh Harun Nasution. Menurutnya,
kata filsafat itu berasal dari bahasa Arab. Falsafah, dengan timbangan fa’lala,
fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari
falsafah seharusnya falsafah dan filsaf. Masih menurutnya, dalam bahasa
Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal dari bahasa
Arab, falsafah dan bukan dari kata philosopy. Harun Nasution mempertanyakan,
apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah dari kata Arab,
sehingga terjadilah gabungan antara keduanya, yang kemudian menimbulkan kata
filsafat.
Kedua, filsafat dalam bahasa Inggris itu berasal dari Yunani yang diarabkan. Dengan mengutip Poedjawijanta, Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata Yunaninya adalah philosophia yang merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu; sophia artinya kebijakan, yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Dengan demikian, filsafat berarti keinginan yang mendalam (cinta) untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Orang yang mempunyai karakter seperti itu disebut filosof. Seorang yang berkeinginan mendalam untuk mendapat kebijakan, secara bahasa bisa disebut filosof. Namun permasalahannya jelas tidak sesederhana itu. Sebatas mana orang bisa disebut filosof? Apakah bijak atau kebijaksanaan (sophia) itu? Tukang kayu saja menurut Homerus bisa juga disebut orang bijak (filosof). Abuddin Nata menjelaskannya tidak jauh berbeda bahwa secara etimologi filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata shopos yang berarti ilmu atau hikmah, berarti filsafat adalah cinta terhadap ilmu atau hikmah. Secara termenologi filsafat adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Itulah yang kemudian oleh Asghar Ali Engineer Al-Qur’an disebut dengan Al-Qur’an Al-Hakim(Kitab Kebijaksanaan).
Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang
sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian
itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari
praktek ilmiah secara aktual. Lewis White Beck, memberi pengertian bahwa
filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan
filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual. Michael V. Berry
berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari
teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah.
Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara
etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat
bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman
manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun
teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai
landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan
bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan
pada penghapusan kesalahan.
Filsuf adalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam. Ringkasnya filsafat adalah hasil akal seseorang
manusia yang memikirkan dan mencari suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat
kebenaran segala sesuatu.
Stephen
R. Toulmin mengemukana bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba
pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan
ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.
Dari
uraian di atas akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata
lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah
ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan
ontologis).
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu?
Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis). Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional ?
2. RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran
penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan adil juga memiliki objek
material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek
formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radiakl dan rasional
tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait
dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan
spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peroses terbentuknya
ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan
mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.
Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan
hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahnya menemukan rahasia
alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat
tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan
dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.
Karena itu filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari
filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang, sehingga manusia
dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi. Dalam taraf
peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi
sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah
bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak
dalam satu bidang tertentu.
Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat
ilmu semakin jauh dari induknya,tetapi juga mendorong munculnay arogansi dan
bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang
lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri
agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Falsafat sepatutnya
mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan
radikal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif
dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur pokok
ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan
tujuan ilmu.
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara
historis. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi
di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan
non-ilmiah. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan
tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu pada perinsipnya
merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense,
suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan
sehari-hari. Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif
(objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia faktual.pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan
mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan
dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara
berhubungan dengan sesama manusia,yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal.
Dari sisi lain Raghib al-Asfahani juga membagi ilmu sebagai ilmu
teoritis dan aplikatif. Ilmu teoritis berarti ilmu yang hanya membutuhkan pengetahuan
tentangnya. Jika telah diketahui berarti telah sempurna, seperti ilmu tentang
keberadaan dunia. Sedangkan ilmu aplikatif adalah ilmu yang tidak sempurna
tanpa dipraktikkan, seperti ilmu tentang ibadah, akhlak dan sebagainya.
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia
hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.manusia
mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia”
memanusiakan diri dalam hidupnaya” dan masih banyak lagi pernyataan semacam
ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya
mempunyai tujuan tertentu.
Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran.
Kesulitan tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian
dapat diketahui hanya benar segi subjektif. Dengan jalan memberi
pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya orang
beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang
menyebabkan Ahmad menjadi sakit.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena
sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika
tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang
merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran namun masalahnya
tidak hanya sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh
dan berkembangnya espistemologi.
Referensi
• A. Mustofa,
Filsafat Islam, 2004, Bandung: Pustaka Setia
0 comments:
Post a Comment